Musik Seruling Bambu Sebagai Proses Simbolik
Musik Seruling bambu sampai saat
ini masih hidup dan masih bertahan sebagai salah satu bagian dari tradisi
masyarakat di daerah kabupaten Kerinci provinsi jambi.
Makna simbolik dari musik seruling
bambu ini bisa kita lihat dari awal kenapa sampai ada tradisi musik seruling
bambu di daerah kabupaten kerinci.
Pada awal dikenalnya musik seruling
bambu, orang-orang disini pada umumnya menggantungkan kehidupan mereka pada
hasil bercocok tanam didaerah perbukitan atau dengan kata lain berladang
didaerah yang banyak ditumbuhi pohon bambu, maka dengan sendirinya timbullah
ide-ide untuk menjadikan bambu sebagai sarana untuk melepaskan rasa capek
karena aktivitas seharian bekerja di
ladang, yaitu dengan menjadikan bambu sebagai sebuah alat musik. Pemakaian alat
musik seruling ini biasa dipakai sebagai sebuah instrument yang mengalunkan
irama wujud dari rasa sedih dikarenakan hidup ditengah ladang yang jauh dari
keramaian. Lama kelamaan music seruling bambu ini akhirnya berkembang dengan
menggabungkan beberapa unsur musik lainnya yang juga mereka didapati dari
daerah perladangan tersebut, seperti adanya pemakaian alat bunyi-bunyian lain
seperti pemakaian ketuk yang juga terbuat dari bambu, tambur dari kayu yang
dilubangi dan diberi kulit binatang dikedua sisi-sisinya. Maka terbentuklah
sebuah kelompok musik yang pada akhirnya dinamakan dengan kelompok musik seruling
bambu.
Setelah seruling bambu ini dibentuk
dalam suatu kelompok musik, maka mulailah musik ini dikenalkan ditengah-tengah
masyarakat dengan masih memakai konsep awal yaitu tetap membawakan irama yang menggambarkan
tentang kesedihan dalam bentuk instrument musik. Tidak lama berselang timbul
pula ide baru untuk menggabungkan unsur vocal kedalam musik ini. Pada akhirnya
eksistensi music seruling bambu ini dikenal oleh masyarakat daerah kerinci
sebagai musik irama sedih, sehingga kalau seandainya ada seseorang yang secara
sengaja ataupun tidak disengaja sedang menyanyikan sebuah lagu sedih, maka
langsung saja orang memanggilnya dengan sebutan artis/penyanyi seruling bambu.
Aspek lain yang merupakan symbol
dari musik seruling bambu ini bisa dilihat dari raut muka si pemusik ataupun
penyanyinya yang selalu murung seperti betul-betul dalam suasana kesedihan
apalagi kalau musik ini di tampilkan pada malam hari,semakin larut semakin
mendayu-dayu lagu yang dibawakan dan semakin bertambah hanyut lagi nuansa musik
ini dalam kesedihan, hal ini menjadikan suatu istilah baru lagi untuk
penampilan musik ini yaitu musik
Mabuk (bahasa kerinci) atau dalam bahasa indonesianya yaitu sangat
sedih.
Aspek simbolis lain lagi yang bisa
kita temukan dalam musik seruling bambu ini ini adalah para penonton yang pada
umumnya terdiri dari orang-orang yang sudah lanjut usia, sehingga penampilan
musik ini terkesan dingin dan damai.
No comments:
Post a Comment